MUSIM KERITING BUMBU DAPUR
2013-04-10
(KRITIK TAJAM KENAIKAN HARGA BAWANG)
Oleh : Nasreen ega
Bawang merupakan salah satu bumbu dapur yang digunakan untuk memasak setiap makanan guna menambah aroma harum disetiap masakan. Baik bawang merah maupun bawang putih selalu digunakan oleh ibu rumah tangga maupun pedagang makanan untuk melezatkan masakannya. Beraneka ragam jenis masakan membutuhkan kedua bumbu dapur tersebut. Seperti tumis, sayur, bahkan untuk penambah sedap setiap jajanan pasar seperti taburan bakso, sate, soto dan lainnya. Bagaikan dua hal yang tak mampu terpisahkan dari dahulu hingga sekarang antara racikan bawang dengansetiap kelezatan makanan, sehingga bawang- pun telah menjadi kebutuhan pokok bahan makanan.
Sejak kenaikan harga bawang akhir 2012 lalu, membuat ledakan yang cukup bombastis di tengah kesulitan hidup masyarakat. Pasokan harga bawang dalam negeri yang biasanya mampu didapatkan dalam kisaran harga Rp 25.000,- hingga Rp 40.000,-per kilogram-nya, namun dari akhir 2012 lalu hingga april 2013 kini harga bawang melonjak menjadi Rp 55.000,- perkilogram-nya. Kondisi seperti inilah yang menimbulkan dampak memprihatinkan bagi kehidupan masyarakat.
Seperti yang dilansir dalam sebuah tayangan berita di salah satu stasiun televisi tertanggal 7 april 2013, kondisi kenaikan harga bawang merah maupun bawang putih menimbulkan dampak yang beragam. Dimana implikasinya mencakup ke dalam beberapa aspek permaslahan dalam masyarakat. Dalam tayangan televisi tersebut ditampilkan bagaimana keadaan lonjakan harga bawang membuat salah satu produsen bawang goreng home industry berbuat curang sehingga merugikan konsumen bawang goreng.
Dalam tayangan tersebut dipaparkan bahwa produsen bawang goreng tersebut memproduksi bawang gorengnya dengan mencampurkan kulit singkong tanpa dibersihkan.Perbandingan bahan campurannya adalah ½ kg bawang merah tanpa dibersihkan karena menurut sang produsen bawang merah yang tanpa dibersihkan tersebut dapat menutupi aroma kulit singkong, kemudian untuk kulit singkong dibutuhkan sebanyak 1 kg tanpa ditiriskan tanahnya dan tanpa dicuci terlebih dahulu. Hal ini dimaksudkan agar warnanya setelah digoreng bersama bawang merah tersebut tidak berubah. Sehingga persis sekali seperti bawang goreng sungguhan. Lalu diberikan sedikit tepung agar crispy atau renyah ketika dimakan.
Biasanya produksi bawang goreng ini diminati oleh pedagang bubur dan pedagang soto yang dapat langsung memesan kepada sang produsen bawang goreng untuk taburan masakannya.Seperti yang bisa kita nikmati di pedagang-pedagang jajanan tersebut, bawang goreng seakan menjadi penambah sedap untuk taburan setiap masakan. Tetapi tahukah bahwa kulit singkong yang dijadikan bahan campuran bawang goreng mengandung racun yang tidak baik untuk tubuh ??
Kulit singkong mengandung asam sianida yang di dalamnya terdapat toxic atau racun yang sangat berbahaya bagi tubuh. Dalam liputan tim berita tersebut ke laboratorium teknologi dan pangan Universitas Pasundan meliput bahwasanya menurut tim ahli laboratorium tersebut mengatakan berdasarkan sample yang diteliti,asam sianida merupakan zat anti nutrisi yang terdapat pada umbi-umbian dan kacang-kacangan. Merupakan zat yang dapat mengikat oksigen dalam sistem pernapasan dan jika dikonsumsi secara terus menerus dapat menyebabkan sesak pada pernapasan, kejang-kejang bahkan kematian.
Kasus tersebut tidak hanya terjadi pada satu atau dua produsen, tentunya masih banyak lagi produsen-produsen “nakal” yang melakukan kecurangan yang dapat merugikan masyarakat luas. Kasus tersebut boleh jadi menjadi sebuah kesalahan yang berasal dari oknum produsen itu sendiri dikarenakan keinginan-keinginan mereka guna meraih untung sebanyak-banyaknya. Atau mungkin juga merupakan kesalahan pemerintah yang tidak juga menyikapi problematika yang terjadi pada negeri ini.
Bayangkan saja, bagaimana bisa Indonesia sebagai negara agraris dimana negara ini seharusnya kaya raya terhadap hasil pertanian dan pangan mengalami kelangkaan hasil rempah seperti bawang merah dan bawang putih sehingga harus mengimpor bawang dari luar dan mengakibatkan harga bawang melonjak sangat tinggi. Hal ini perlu penyikapan yang jelas dari pemerintah. Dalam hal ini khususnya kejelasan sikap dari menteri pertanian dan menteri perdagangan.
Kenaikan harga bawang ini telah hibernasi beberapa saat, ditutup oleh kasus-kasus baru yang sedang membumi. Kiranya ini sebuah permainan sekelompok elite, tentunya kita tidak boleh tinggal diam. Kasus demi kasus memang seakan menjadi puzzle yang satu sama lain saling keterkaitan. Permainan demi permainan oleh para penguasa negeri ini selalu tampak seperti pementasan drama di atas panggung sandiwara. Apapun itu namanya, harapan selalu bergelimang di sekeliling masyarakat bawah. Akibat yang bermunculan di setiap sebab, semoga mampu menjadi air menyegarkan yang dapat membantu membuka mata lebar-lebar. Haruskah rakyat Indonesia menanggung dosa para elite yang bermain?
Tak hanya bawang yang mampu membuat mata pedih, tetapi harga lonjakannya pun ikut membuat kantung pedih. Tak hanya cabai pula yang keriting, bawang-pun mampu menjadi keriting harganya. Hal tersebut harus segera diatasi agar tidak ada lagi kasus demi kasus yang dapat merugikan masyarakat.
Ciputat, 7 April 2013