STANDAR POLITIK GANDA AS DI TIMUR TENGAH
2017-12-23
Oleh : Megawaty
HMI Cabang Ciputat
HMI Badko Jabodetabeka Banten
Wasekbid Kajian dan Advokasi Kohati PB HMI 2016-2018
Peserta Advance Training HMI Badko Kaltim Kaltara
Amerika Serikat di kenal sebagai negara Adikuasa, keadikuasaannya itu di topong oleh seluruh sumberdaya yang dimilikinya. Secara internasional Amerika Serikat (AS) memposisikan diri sebagai polisi dunia, tindak tanduknya secara internasional selalu berjalan di atas prinsip keamanan dan ketertiban dunia. Sebagai sebuah Negara dalam percaturan internasional AS selalu menjaga kepentingan dalam negeri dan luar negerinya, serta kepentingan para sekutu yang berada dibawah kendali AS. Di dewan keamanan PBB AS bersama beberapa Negara memiliki Hak Veto, suatu hak istimewa yang bisa memutuskan secara sepihak atas keputusan-keputusan Dewan Keamanan PBB, mendorong sanksi sanksi kepada Negara di dunia yang dianggap tidak sejalan dengan kepentingan Komunal.
AS selalu berupaya untuk masuk kepada kepentingan kepentingan Negara lain dalam berbagai hal dengan berbagai cara, bahkan pada level yang tinggi AS mendorong kepemimpinan Boneka yang bisa di aturnya di berbagai Dunia. Dalam kasus Timur Tengah AS mensponsori penggulingan Sadam Husein di Irak, Khadafi di Lybia, Bassar Al Assad di Suriah.
Keterlibatan AS sebagai aktor utama di lakukannya baik langsung maupun tidak langsung. Tindakan AS tersebut di lakukan dengan berbagai Dalih mulai dari Kepemilikan Nuklir yang dikatakannya sebagai senjata pemusnah masal, penegakan HAM, hingga kepemimpinan Despotik. Kita lihat dalam banyak kasus tuduhan dan dalih AS banyak yang tidak terbukti, ambisi-ambisi AS untuk mempertahankan posisi internasionalnya justru menciptakan persoalan berkepanjangan. Senjata pemusnah masal yang di tuduhkan AS tidak pernah terbukti, rezim yang berhasil di tumbangkannya tidak kemudian di bawah kendalinya menjadi lebih baik, Irak dan Lybia adalah contoh kongkritnya. Kedua negara tersebut sampai hari ini tidak berhasil bangkit justru makin terpuruk. Kekayaan minyaknya habis di keruk untuk kepentingan AS dan sekutu. Prinsipnya, jika ingin aman harus sejalan dengan kepentingan AS dalam berbagai bidang. Itu yang di lakukan oleh sejawat sejawatnya. Seperti Arab Saudi, Israel dan Qatar. Untuk Qatar kini hubungannya sudah renggang di AS karena tidak lagi sejalan kepentingan dan sikap politi luar Negarinya. Misalnya soal hubungan Qatar dengan Iran yang semakin harmonis dan sikap Qatar terhadap sepak terjang Front ISIS di kawasan tersebut.
Dalam banyak kasus AS selalu memainkan standar ganda dalam mengelola kawasan, di Timur Tengah. Sebut saja kepemilikan Nuklir , AS melakukan embargo pada Iran karena ambisi Iran untuk memproduksi , serta mengembangkan teknologi nuklir. Alasannya karena menjaga keamanan kawasan, walaupun Iran sudah menegaskan Nuklir hanya di kembangkan untuk efektivitas dan efisiensi penggunaan energi dalam negeri, bukan ingin membuat senjata pemusnah masal. Padahal Negara sekutu AS pun mengembangkan Nuklir, seperti Jerman , Inggris , Jepang dan tentu saja Israel.
Pejabat AS dalam beberapa kesempatan jelas menyatakan ISIS dibentuk AS sebagai cara untuk memperkuat pengarushnya di Timur Tengah dengan melakukan perlawanan atas negara negara yang dianggap tidak sejalan. Dari contoh tersebut AS boleh dinilai telah melakukan standar ganda, pelanggaran HAM dan membumikan teror di Timur Tengah, bahkan berbagai belahan dunia lain. Semua itu di lakukan hanya untuk kepentingan Nasional dan kepentingan sekutunya, bukan untuk mewujudkan ketertiban dunia.
Sekarang AS di bawah kepemimpinan Donald Trump sedang melakukan provokasi tingkat tinggi di timur tengah, dengan keputusannya memindahkan kedutaan besar AS dari tel Aviv ke Yerusalem, itu dilakukan sejalan kebijakannya melegitimasi bahwa Yerusalem adalah Ibu Kota Israel. Sikap tersebut sudah pasti akan memulainya babak baru konflik kawasan yang lebih besar
Pernah dimuat di http://litnas.com/standar-politik-ganda-as-di-timur-tengah/